Protokol Paris: Upaya Dunia Atasi Perubahan Iklim di Indonesia

Mengenal Protokol Paris: Upaya Global dalam Mengatasi Perubahan Iklim

Protokol Paris adalah kesepakatan global yang diadopsi pada tahun 2015 untuk memerangi perubahan iklim. "Protokol ini bertujuan untuk membatasi peningkatan suhu global menjadi lebih rendah dari dua derajat Celcius di atas tingkat pra-industri dan berusaha untuk membatasi peningkatan suhu menjadi 1,5 derajat Celcius," kata Dr. Rachmat Witoelar, perwakilan khusus presiden untuk perubahan iklim Indonesia.

Sebagai bagian dari komitmen ini, negara-negara diharapkan untuk membuat dan menerapkan rencana nasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beradaptasi dengan perubahan iklim. Menurut Witoelar, "protokol ini penting karena merupakan langkah besar menuju solusi global yang seharusnya menjadi tujuan semua negara."

Bagaimana Indonesia Berpartisipasi dalam Protokol Paris untuk Memerangi Perubahan Iklim

Indonesia, sebagai negara dengan hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia dan penghasil karbon keempat terbesar, memiliki peran penting dalam perjuangan global melawan perubahan iklim. Pada tahun 2016, Indonesia meratifikasi Protokol Paris dan berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% secara mandiri dan hingga 41% dengan bantuan internasional pada tahun 2030.

"Kami memahami betapa pentingnya peran kami dalam perjuangan ini," ujar Siti Nurbaya Bakar, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia. "Kami telah mengambil langkah-langkah nyata untuk mengurangi emisi, seperti pencegahan deforestasi dan pengembangan energi terbarukan."

Namun, tantangan tetap ada. "Perlunya pendanaan dan dukungan teknologi adalah hambatan utama dalam mencapai target kami," kata Bakar. "Namun kami yakin, dengan kerja sama dan komitmen yang kuat dari semua pihak, kami dapat mencapai target kami."

Dengan partisipasi aktif dalam Protokol Paris, Indonesia berupaya memainkan peran penting dalam upaya global untuk memerangi perubahan iklim. Langkah-langkah konkrit dan kerja sama internasional menjadi kunci untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Seperti kata Bakar, "Ini bukan hanya tentang Indonesia, tapi tentang masa depan planet kita."