Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Ketahanan Air dan Pangan di Asia

Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Ketersediaan Air di Asia

Perubahan iklim telah menjadi tantangan besar bagi ketersediaan air di Asia. "Perubahan suhu dan pola curah hujan berdampak langsung pada siklus hidrologi," kata Dr. Jing Zhang, pakar hidrologi di Universitas Beijing. Hal tersebut berarti kurangnya air bersih dan pengalihan sumber air yang ada.

Di seluruh Asia, perubahan iklim telah menyebabkan kekeringan lebih sering dan lebih parah, mengurangi pasokan air tawar. Misalnya, di India, penurunan curah hujan telah berdampak pada kualitas dan kuantitas air tanah, yang merupakan sumber utama air bagi banyak masyarakat.

Tidak boleh dilupakan bahwa peningkatan suhu juga menyebabkan pencairan es lebih cepat di Himalaya, yang berpengaruh terhadap pasokan air musiman ke negara-negara yang mengandalkan sungai seperti Sungai Gangga dan Mekong. "Perubahan iklim tidak hanya mengancam ketersediaan air, tetapi juga kualitasnya," tambah Zhang.

Dampak Perubahan Iklim terhadap Ketahanan Pangan di Asia

Industri pertanian, yang memainkan peran vital dalam ketahanan pangan Asia, sangat rentan terhadap perubahan iklim. Pengaruhnya mungkin tampak jelas: panen yang tidak konsisten dan kualitas tanaman yang berkurang.

Di Asia Tenggara, misalnya, peningkatan suhu dan perubahan pola cuaca telah menyebabkan penurunan produktivitas padi, tanaman pokok bagi sebagian besar penduduk setempat. "Perubahan iklim telah mempengaruhi musim tanam dan panen, yang berdampak langsung pada produksi pangan," kata Dr. Ahmad Faqih, ahli pertanian dari Universitas Gadjah Mada.

Perubahan iklim juga dapat meningkatkan prevalensi hama dan penyakit tanaman, yang berdampak lebih lanjut pada produktivitas pertanian. Selain itu, peningkatan kejadian bencana alam, seperti banjir dan kekeringan, dapat merusak lahan pertanian, menambah tantangan bagi ketahanan pangan di Asia.

Intinya, solusi yang berkelanjutan dan adaptif penting untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap ketersediaan air dan ketahanan pangan di Asia. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan peneliti adalah kunci untuk mewujudkan tujuan ini. "Kami perlu memperkuat sistem kita agar lebih tahan terhadap perubahan iklim," tutup Faqih.