Penyebab dan Dampak Pembakaran Hutan di Indonesia
Pembakaran hutan di Indonesia bukanlah fenomena baru. Akan tetapi, dampaknya terhadap perubahan iklim semakin terasa. Menurut Andi Eka Sakya, mantan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), "Pembakaran hutan secara besar-besaran dan berkelanjutan, terutama di pulau Sumatera dan Kalimantan, berpotensi menghasilkan emisi gas rumah kaca yang signifikan." Efek jangka panjangnya bisa menyebabkan perubahan iklim global.
Sebagian besar pembakaran hutan di Indonesia disebabkan oleh aktivitas manusia. Faktor penyebab utama adalah konversi hutan menjadi lahan perkebunan atau pertanian. Praktek ini lebih murah dan efisien dibandingkan metode lain, namun dampaknya sangat merusak. Tanpa hutan sebagai penyerap karbon, jumlah gas rumah kaca di atmosfer meningkat, yang berkontribusi langsung terhadap pemanasan global.
Dampak lain dari pembakaran hutan ini adalah hilangnya biodiversitas. Menurut Greenpeace, "Pembakaran hutan dan kehilangan habitat berdampak langsung pada keberlangsungan ribuan spesies yang berada di bawah ancaman kepunahan." Selain itu, kualitas udara juga memburuk, menyebabkan berbagai masalah kesehatan bagi masyarakat sekitar.
Korelasi antara Pembakaran Hutan dan Perubahan Iklim Dunia
Hubungan antara pembakaran hutan di Indonesia dan perubahan iklim dunia tidak bisa dipungkiri. Faktanya, Indonesia adalah negara ketiga terbesar di dunia yang menghasilkan emisi karbon dari pembakaran hutan, setelah Brazil dan Amerika Serikat. Profesor Daniel Murdiyarso, peneliti senior di Center for International Forestry Research (CIFOR), menyatakan, "Tidak hanya mempengaruhi iklim lokal, pembakaran hutan juga mempengaruhi iklim secara global."
Perubahan iklim global, seperti peningkatan suhu dan perubahan pola hujan, berdampak pada kondisi hutan di Indonesia. Ini menciptakan lingkaran setan di mana perubahan iklim yang disebabkan oleh pembakaran hutan menciptakan kondisi yang lebih kering dan panas, yang kemudian mendorong lebih banyak pembakaran hutan.
Untuk menghentikan lingkaran setan ini, perlu ada tindakan nyata dari pemerintah dan masyarakat. Opsi yang bisa diambil adalah penghentian konversi hutan menjadi lahan perkebunan, penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan, dan penanaman kembali hutan yang telah terbakar.
Menyadari pentingnya isu ini, Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, termasuk dari sektor kehutanan, dalam Rencana Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Namun, realisasi dari komitmen ini membutuhkan kerja sama dari semua pihak. Seperti yang dikatakan oleh Profesor Murdiyarso, "Kita semua harus berperan dalam melawan perubahan iklim, termasuk mencegah pembakaran hutan."