Mengenal Perubahan Iklim Sebagai Penyebab Utama Banjir
Seiring berjalannya waktu, perubahan iklim semakin dirasakan dampaknya oleh masyarakat dunia, khususnya Indonesia. Salah satu implikasinya adalah peningkatan intensitas dan frekuensi banjir. Menurut Dr. Ir. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si, pakar klimatologi dari BMKG, "Perubahan iklim berdampak langsung pada pola hidrologis, termasuk intensitas dan frekuensi curah hujan yang dapat memicu terjadinya banjir."
Fakta ini didukung oleh laporan dari IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change). Laporan tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan suhu rata-rata global berkontribusi pada intensitas dan frekuensi banjir. Dengan pemanasan global, pola hujan menjadi lebih ekstrem dan tidak teratur, biasanya menghasilkan curah hujan tinggi dalam periode pendek yang berpotensi menimbulkan banjir.
Perubahan iklim tidak hanya menciptakan banjir, tetapi juga mengubah pola banjir. Misalnya, banjir yang biasanya terjadi pada musim hujan sekarang bisa muncul di musim kering. Ini adalah tantangan yang serius bagi pengelolaan dan mitigasi bencana banjir.
Selanjutnya, Strategi Dunia dalam Mengatasi Banjir Akibat Perubahan Iklim
Menghadapi tantangan tersebut, dunia tidak tinggal diam. Banyak strategi telah dirancang dan diterapkan untuk mengatasi banjir akibat perubahan iklim. Salah satunya adalah konsep "sponge city", yang sedang populer di berbagai belahan dunia.
"Sponge city adalah konsep pembangunan kota yang bertujuan untuk menyerap, menyimpan, dan memanfaatkan air hujan," jelas Prof. Dr. Ir. Haryo Tomo, M.Sc, pakar urban planning dari Universitas Gadjah Mada. Dengan konsep ini, air hujan yang jatuh bisa diserap oleh kota dan kemudian digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, sehingga mengurangi potensi banjir.
Selain itu, penghijauan menjadi strategi utama lainnya. Penanaman pohon dan pembuatan taman-taman kota dapat meningkatkan kapasitas penyerapan air hujan dan membantu mengurangi aliran permukaan yang dapat memicu banjir.
Adaptasi dan mitigasi juga menjadi kunci dalam strategi dunia. Ini melibatkan berbagai upaya, mulai dari peningkatan infrastruktur hingga pendidikan masyarakat tentang perubahan iklim dan cara-cara meresponsnya.
Sementara itu, penelitian dan pengembangan teknologi juga terus dilakukan. Salah satu contohnya adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam peringatan dini dan manajemen bencana banjir.
Secara keseluruhan, strategi ini menunjukkan bahwa dunia sedang berjuang keras untuk mengatasi banjir akibat perubahan iklim. Dengan kerjasama dan komitmen yang kuat, diharapkan tantangan ini dapat diatasi.